Intervensi terhadap 'ulama dalam hal fatwa termasuk Al-Fuhsy

Posted on Sabtu, Mei 10, 2008 by Abdullah al-Atsary

Sementara sikap intervensi terhadap fungsi (posisi) para 'ulama, dalam bentuk kelancangan mengeluarkan fatwa-fatwa di hadapan para 'ulama, adalah termasuk jenis perbuatan keji yang nyata pula. Hal ini ditinjau dari beberapa sisi:

1. Bahwa para 'ulama adalah pewaris para nabi, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

"Para 'ulama itu adalah pewaris para nabi." [HR. Abu Dawud (2641) 11); At Tirmidzi (2682)]

2. Bahwa para 'ulama adalah pihak yang paling pantas untuk ditaati dan diikuti setelah ketaatan kepada Allah dan ketaatan kepada Rasul-Nya. Hal ini sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala:

"Wahai orang-orang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, serta Ulil Amri 12) di antara kalian." [An-Nisa: 59]

3. Bahwa para 'ulama adalah orang-orang yang memiliki ketinggian derajat dan kemuliaan, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala:

"Allah meninggikan derajat orang-orang beriman di antara kalian dan orang-orang yang berilmu." [Al-Mujadilah: 11]

Jika telah diketahui bahwa itulah sifat-sifat para 'ulama serta kedudukan dan posisi mereka yang tinggi, dan bahwa setiap pihak yang mendahului para 'ulama dalam berfatwa adalah tergolong sikap menyakiti para 'ulama, maka tentunya lebih parah dari itu adalah orang-orang yang mencaci maki fatwa- fatwa para 'ulama serta meremehkan kedudukan mereka di hadapan umat, terkhusus di hadapan para pemuda yang bersemangat. Maka ketika itu mau tidak mau telah diketahui bahwa pihak yang menyakiti para 'ulama serta mengintervensi hak-hak mereka adalah orang-orang rendahan yang jahil. Pihak-pihak inilah yang kemudian dijuluki Anshaful Muta'allimin (para pelajar yang masih bau kencur) atau Al Muta'alimin (orang-orang yang sok pintar). 13)

Sesungguhnya berbagai tragedi peledakan yang terjadi di berbagai tempat, adalah sebagai bentuk fitnah yang telah merasuki paham para pemuda muslimin, yang akhirnya mereka menjadi korban para aktor yang bersembunyi di balik layar dalam mengendalikan mereka.

Hal itu dilakukan dengan memenuhi qalbu-qalbu mereka dengan berbagai bentuk provokasi untuk membangkitkan emosi mereka dengan mengatasnamakan jihad, padahal jihad itu sendiri berlepas diri dari tindakan mereka. Upaya provokasi itu mereka lakukan melalui khutbah-khutbah yang berapi-api di atas mimbar dan sangat provokatif untuk membangkitkan semangat dan emosi tanpa didasari ilmu dan petunjuk. Atau juga melalui para da'i fitnah yang tampil rnelalui layar-layar televisi yang berbicara hanya dengan bualan semata.

Atau tak jarang pula melalui jaringan-jaringan yang dikenal dengan situs-situs internet, dengan menyebarkan tulisan-tulisan yang penuh kebodohan dan kedustaan serta tipu daya. Untuk lebih jelasnya lagi, perlu diketahui bahwa di antara sekian situs yang jahat, yang telah mengotori aqidah sebagian kaum muslimin yang awam atau sebagian aktivisnya, adalah situs yang bernama Al-Harakatul islamiyyah lil Ishlah yang dipimpin oleh Sa'd Al-Faqih. 14)

Begitu pula sebuah situs yang dikenal dengan As-Salafiyyun, betapa bagusnya nama ini, namun sayang penamaan tersebut tidak tepat, sesungguhnya As-Salafiyyah berlepas diri darinya. 15)

________________________

11) Nampaknya penomoran yang lebih benar adalah 3641. Lafazh selengkapnya hadits tersebut adalah :

إِنَّ الْعُلَمَا ءَ وَرَثََةُ اْْلأَنْبِيَاءِ، إِنَّ اْلأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرَّثُوْا دِيْنَارًا وَ لاَ دِرْهَمًا، إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ؛ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظًّ وَافِرٍ

Sesungguhnya para 'ulama itu adalah pewaris para nabi. Dan sesungguhnya para nabi itu tidaklah mewariskan dinar maupun dirham. Namun mereka mewariskan ilmu. Maka barangsiapa yang bisa mendapat bagian dari ilmu, sungguh ia telah mendapat bagian yang sangat besar.

Sengaja kami nukilkan lafazh hadits ini selengkapnya karena mengandung faidah ilmiah yang sangat perlu kita ketahui.

12) Perlu diketahui bahwa di antara makna Ulil Amri di ayat ini adalah apa yang telah dijelaskan oleh Ibnu 'Abbas radhiyallahu ‘anhuma, yakni ahli fiqih dan ahli agama. Berkata Abul 'Aliyah rahimahullah: Ulil Amri adalah para 'ulama. Kemudian Al-lmam Ibnu Katsir rahimahullah menyimpulkan bahwa makna Ulil Amri lebih bersifat umum, mencakup seluruh pihak yang menjadi penanggung jawab urusan (umat), baik dari kalangan penguasa atau pun 'ulama. [lihat Tafsir Ibni Katsir]

Berkata As-Sa'di rahimahullah: "Ulil Amri adalah para penanggung jawab (urusan) manusia, baik dari kalangan pemerintah dan penguasa, maupun para ahli fatwa. Sesungguhnya tidak akan menjadi baik urusan keagamaan dan keduniaan mereka kecuali dengan merealisasikan ketaatan dan ketundukan kepada mereka (Ulil Amri),...". [lihat Tafsir As-Sa'di].

13) Contoh pihak-pihak yang telah mengintervensi hak prerogatif (hak istimewa) para 'ulama dan berupaya menjatuhkan kredibilitas mereka di hadapan umat, antara lain adalah:

1. Usamah bin Laden seorang sarjana ekonomi yang tidak memiliki bekal ilmu agama yang cukup untuk bisa terposlsikan sebagai 'ulama ahlul ijtihad (pantas berijtihad). Contoh intervensi Usamah terhadap para 'ulama dalam berfatwa adalah:
  • Dalam sebuah wawancara yang dimuat dalam koran Ar-Ra'yul ‘Am Al-Kuwaiti edisi 11-11-2001 M, Usamah bin Laden menjawab: "Hanya Afghanistan sajalah Daulah Islamiyyah itu. Adapun Pakistan dia memakai undang-undang Inggris. Dan saya tidak menganggap Saudi itu sebagai Negara Islam...."

  • Dalam pernyataannya yang ditampilkan oleh stasiun TV Al-Jazeera tanggal 5-12-1423 H Usamah bin Laden berkata: "Perbedaan pendapat antara kami dengan pemerintah (pemerintah muslimin) bukanlah perbedaan dalam masalah furu’ yang bisa ditolerir begitu saja. Tapi yang kita permasalahkan adalah tentang masalah paling prinsip dalam Islam, yaitu dalam hal syahadat: Lailaha illallah Muhammadur rasulullah. Para pemerintah itu telah melanggar syahadatain tersebut dalam masalah yang paling prinsip. Yaitu sikap loyal mereka terhadap orang-orang kafir, menjadikan undang-undang buatan manusia sebagai syari'at serta persetujuan mereka untuk berhukum kepada undang-undang atheis. Maka kepemimpinan mereka itu telah gugur secara syar'i sudah sejak lama, dan tidak ada lagi pemerintahan Islam setelahnya."

  • Dalam ceramahnya untuk rakyat Iraq pada Bulan Dzulhijjah 1423 H Usamah bin Laden berkata:"... Sesungguhnya para penguasa yang menginginkan jalan keluar/penyelesaian bagi permasalahan-permasalahan yang kita hadapi, di antaranya yang terpenting adalah masalah Palestina, melalui perantaraan PBB atau Amerika Serikat, sebagaimana sambutan Putra Mahkota 'Abdullah bin 'Abdil Aziz di Beirut yang disetujui pula oleh seluru negara-negara 'Arab, yang pada pertemuan tersebut dia telah menjual darah para syuhada' dan bumi Palestina dalam rangka mendapatkan simpati dari Yahudi dan AS dan memberikan dukungan bagi Yahudi dalam menghadapi kaum muslimin. Maka para penguasa tersebut telah berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya dan sekaligus mereka telah keluar dari Agama (Islam) ini dan berarti mereka juga telah mengkhianati umat."

  • Pada kesempatan yang sama, Usamah juga menyatakan:"... Sebagaimana kami menegaskan terhadap orang-orang yang jujur (imannya dari kalangan muslimin) bahwasanya wajib atas mereka untuk bergerak dan membangkitkan semangat umat serta mengkader mereka sebagai tentara-tentara dalam (menghadapi) kondisi-kondisi yang sangat genting dan dalam peristiwa-peristiwa besar serta situasi yang selalu memanas, agar umat ini bisa terbebaskan/merdeka dari penyembahan kepada aturan-aturan/hukum-hukum yang berlaku, yang penuh dengan kezhaliman dan kemurtadan yang dipaksakan oleh Amerika dan agar umat ini bisa menegakkan hukum Allah di muka bumi. Di antara negeri-negeri yang paling berhak untuk segera dibebaskan/dimerdekakan (dari kekufuran) adalah Yordania, AI-Maghrib (Maroko), Nigeria, Pakistan, Saudi 'Arabia, dan Yaman."

  • Berkata Usamah dalam kaset yang berjudul "Bersiap-siaplah untuk berjihad": "...dan tidak ada keraguan lagi bahwasanya pembebasan/ pemerdekaan Jazirah 'Arab dari (penjajahan) orang-orang musyrik ini juga merupakan fardhu 'ain (kewajiban bagi setiap individu)." [lihat Mereka Adalah Teroris! hal. 239-240]

    Di antara contoh caci maki dia terhadap para 'ulama dalam rangka menjatuhkan kredibilitas mereka di hadapan umat adalah :

  • Menuduh Asy-Syaikh Bin Baz telah menjerumuskan umat ke dalam jurang kesesatan
    Berkata Usamah dalam suratnya yang ditujukan kepada Al-lmam Bin Baz tanggal 27/7/1415 H yang dikeluarkan oleh 'Hai'ah An-Nashihah' (Lembaga Nasehat) di negeri London:

    "Dan kami mengingatkan engkau -wahai Syaikh yang mulia- atas beberapa fatwa dan sikap-sikap yang mungkin anda tidak mempedulikannya, padahal fatwa-fatwa tersebut telah menjerumuskan umat ini ke dalam jurang kesesatan (yang dalamnya) sejauh (perjalanan) 70 (tujuh puluh) tahun."

  • Fatwa-fatwa Asy-Syaikh Bin Baz dituduh tidak memenuhi syarat
    Dan Usamah berkata pula dalam suratnya yang terakhir tertanggal 28/8/ 1415 H ketika memperingatkan umat ini dari fatwa-fatwa Al Imam Bin Baz: "Oleh karena itu kami mengingatkan umat dari fatwa-fatwa batil seperti ini yang tidak memenuhi syarat..."

  • 'Ulama kaki tangan penguasa
    Berkata pula dalam kesempatan lain:
    "Sesungguhnya sebab kelemahan kaum muslimin pada masa ini bukan karena kelemahan militer, bukan pula karena kemiskinan harta, namun kelemahan itu tidak lain hanyalah dalam bentuk pengkhianatan-pengkhianatan para pemimpin dan penguasa, kelemahan ahlul haq, dan rekomendasi para 'ulama kaki tangan penguasa terhadap pengkhianatan-pengkhianatan tersebut dalam kondisi seperti. ini, serta bersandarnya mereka kepada orang-orang zhalim dari jajaran pemerintah yang jelek dan penguasa-penguasa yang bejat."

  • Asy-Syaikh Bin Baz telah tua
    Usamah berkata pula:
    "Wahai Syaikh yang mulia sesungguhnya engkau telah tua. Walaupun sesungguhnya sebelum ini peranmu sangat baik dalam berkhidmah. Maka bertaqwalah kepada Allah, jauhilah para thaghut dan orang-orang zhalim yang teiah mengumumkan peperangan terhadap Allah dan Rasul-Nya."

2. Muhammad Al-Mis'ari salah satu tokoh kelompok sempalan Hizbut Tahrir.

Contoh intervensi Al-Mis'ari terhadap para 'ulama dalam berfatwa adalah, pernyataannya yang dimuat oleh surat kabar Asy-Syarqul Ausath edisi 6270 terbit pada hari Ahad 8 Ramadhan 1416 H, ketika dia berkata:

"Sesungguhnya kondisi sekarang yang terjadi di Saudi 'Arabia yang tidak memberi keleluasaan bagi kaum Masihiyyin (kaum Nashara) dan Yahudi untuk mempraktekkan syi'ar-syi'ar ibadah mereka secara terang-terangan akan mengalami perubahan ketika datangnya lajnah ini dalam arena hukum -yang dia maksud adalah lajnah yang didirikannya, yaitu Lajnah Pembelaan Hak-Hak Syari'at- bahwa wajib hukumnya untuk memberikan kepada kaum minoritas (non-muslim) hak-hak mereka, terkait dengan hak mempraktekkan syi'ar (agama) mereka di gereja-gereja mereka, serta hak mereka untuk mendapatkan pengesahan aqad-aqad pernikahan sesuai dengan syari'at agama mereka secara khusus dan yang lainnya. Di samping pemberian kebebasan kepada mereka untuk hidup dalam kehidupan keagamaan mereka secara sempurna, baik mereka itu dari kalangan Yahudi ataupun Masihiyyin (Nashara) dan kaum Hindu!!"

Kemudian dia juga berkata:

"Sesungguhnya pembangunan gereja-gereja adalah mubah hukumnya dalam tinjauan syari'at Islam."
[lihat Al-Ajwibatul Mufidah hal. 38].

Para pembaca yang kami muliakan, perhatikan "fatwa" salah satu pembesar kelompok Hizbut Tahrir di atas, sebagai sebuah kelompok yang -katanya- ingin mendirikan Daulah Islamiyyah. Entah Daulah Islamiyyah seperti apa yang mereka maksudkan?!

Di antara contoh caci maki Al-Mis'ari terhadap 'ulama adalah:
  • Ucapan keji terhadap Asy-Syaikh Bin Baz rahimahullah
    Al-Mis'ari berkata: "Saya tidak menuding Asy-Syaikh 'Abdul 'Aziz bin Baz telah kafir, saya hanya mengatakan: "Mayoritas 'ulama dan masyayikh berpendapat bahwa setelah (beliau) mengeluarkan fatwa tentang bolehnya mengadakan perdamaian dengan Israel, beliau (Asy-Syaikh Bin Baz) telah sampai pada tingkatan mendekati kekafiran! Saya hanya menukil pendapat ulama dan masyayikh tersebut. Adapun pendapat saya pribadi adalah: Beliau (Asy Syaikh Bin Baz) telah sampai pada derajat orang pikun, bodoh, dan sangat lemah. Namun saya tidak melihat kekafiran yang nyata pada diri beliau!"

  • Ucapan keji terhadap Syaikhul Islam Muhammad bin 'Abdil Wahhab rahimahullah
    Dia berkata: "Saya tidak menyinggung aqidah Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhab rahimahullah. Namun saya hanya menyebutkan hakikatnya, yaitu beliau hanyalah seorang yang dungu, dan bukan seorang 'ulama. Beliau berpaham di atas prinsip dan sikap yang sesuai dengan kedunguan orang-orang di negeri Nejd ketika itu. Saya tidak menyerang pribadi beliau, biarlah perhitungannya di sisi Allah kelak. Saya hanya menyerang sikap beliau yang menyerahkan kekuasaan dalam bidang agama kepada para masyayikh dan kekuasaan pemerintahan kepada keluarga Su'ud. Saya katakan bahwa itu tidak sesuai dengan ajaran Islam, bahkan tidak sesuai dengan ajaran Nasrani yang menyerahkan kepada Kaisar haknya dan menyerahkan kepada Allah yang menjadi hak-Nya. Kebenaran lebih patut diikuti."

  • Ucapan keji terhadap shahabat Mu'awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu ‘anhu
    Al-Mis'ari berkata: "Berkaitan dengan Mu'awiyah bin Abi Sufyan, saya telah menyebutkan dalam jawaban saya terhadap pertanyaan salah seorang saudara kami dari Syi'ah yang hadir bahwa saya memandang Mu'awiyah sebagai seorang perampas. Dan saya yakin dia (Mu'awiyah) pasti menerima balasannya dari Allah di Hari Kiamat atas kejahatan yang telah dilakukannya. Akan tetapi saya tidak mengkafirkannya, bahkan saya yakin bahwa masa pemerintahannya lebih baik daripada masa pemerintahan keluarga Su'ud."

Namun herannya, sikap dan kata-kata keji salah satu tokoh besar kelompok sempalan Hizbut Tahrir ini tidak dia lontarkan kepada para tokoh kesesatan dan kebatilan. Bahkan anehnya, dia memuji salah satu pimpinan paham dan aliran Syi'ah Rafidhah, yaitu Al-Khumaini, sebagai tokoh/pimpinan bersejarah yang agung dan jenius.

Perhatikan, dengan penuh kekejian dan tidak beretika dia mencaci maki para 'ulama besar, seperti Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab dan Asy-Syaikh 'Abdul 'Aziz bin Baz, bahkan seorang shahabat yang mulia, Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Sehingga ma'af jika kami terpaksa menggunakan kata-kata yang keras dan pedas dalam menghadapi kelompok Hizbut Tahrir dan berbagai kelompok sempalan lainnya. Fakta di atas sekaligus sebagai salah satu bukti bahwa merekalah yang memulai caci maki terhadap para 'ulama Ahlus Sunnah, sehingga dengan itu penggunaan kata-kata keras dan pedas yang kami tampilkan dalam beberapa karya kami bukanlah rnenjadikan kami sebagai pihak yang memulai.

3. Muhammad Surur Zainal 'Abidin
Pembaca bisa melihatnya di buku kami Menebar Dusta Membela Teroris Khawarij.

4. DR. Safar Al-Hawaii dan Salman Al-'Audah. Dua aktivis muda berhaluan Khawarij di Saudi 'Arabia yang getol memprovokasi umat untuk menentang pemerintah dan 'ulama.
Beberapa contohnya, pembaca bisa melihatnya dalam buku kami Mereka Adalah Teroris!.

14) Lihat Fatwa Asy-Syaikh Bin Baz rahimahullah tentang Sa'd Al-Faqih pada hal. 138-139.

15) Contoh beberapa situs berbahasa Indonesia yang menyebarkan paham khawarij dan perlu diwaspadai:
- http://www.gurobabersatu.blogspot.com/
- http://www.pks-online.cjb.net/
- http://www.muharridh.com/ind/
- http://www.istimata.cjb.net/
- http://www.geocities.com/abuya_2005/almuhajirun
- http://www.ahlussunnah.or.id/master.php
- http://www.anshar-tauhid-wa-sunnah.blogspot.com/
- http://alqoidun.net/


[Dari: Syarru Qatla Tahta Adimis-Sama'i Kilabun-Nar; Penulis: Jamal bin Furaihan Al-Haritsi; Edisi Indonesia: Mengidentifikasi Neo-Khawarij sebagai Sejelek-jelek Mayat di Kolong Langit; Hal: 46-53; Diterjemahkan dan Dijelaskan oleh: Luqman bin Muhammad Ba'abduh; Cetakan: Pertama, Sya'ban 1428 H/ Agustus 2007M; Penerbit: Pustaka Qaulan Sadida]

No Response to "Intervensi terhadap 'ulama dalam hal fatwa termasuk Al-Fuhsy"